Leopard 2A5 KWS II, turret baru dan lapis baja komposit generasi ketiga
Di dunia modern, tekanan untuk modernisasi sangatlah besar, tetapi di dunia teknologi militer kenyataannya pahit. Dengan kemunculan tank hebat dan modern Soviet seperti T 64 B dan T 80 B, dilengkapi dengan meriam utama 125mm performa-tinggi yang mampu menembakkan peluru kendali, pengembangan Leopard 2 menjadi lebih baik semakin diperlukan. Walaupun kerjasaman antara negara-negara akan sulit. Setelah pembatalan program pengembangan tank bersama Perancis-Jerman di November 1982, Jerman mengembangkan fase konsep untuk Leopard 3 pada Maret 1983 untuk berjalan hingga 1996. Beberapa alternatif dipelajari, termasuk produksi tambahan Leopard 2, pengembangan Leopard 2, pengembangan turret baru untuk Leopard 2 dengan empat awak atau tiga awak dengan pengisi amunisi otomatis, atau tetap mengembangkan hull dan turret yang baru seluruhnya.
Pengembangan komponen Leopard 2 akhirnya dipilih, dan pada 1989 Leopard 2 KVT (Komponentenversuchsträger-tank percobaan komponen) dibuat dan diujicobakan. Tank ini dilengkapi dengan lapis baja tambahan, “spall liners” di dalam kopartemen tempur, palka geser elektronik untuk pengemudi, palka baru untuk komandan dan pengisi amunisi, penambahan lapis baja reaktif dan pasif di atap turret. EMES-15 ditinggikan dan mendapat tempat berlapis baja, dan PERI-17, sekarang mempunyai chanel pembidik termal independen, dipindah ke sebelah belakang kiri ruang komandan. Purwarupa ini mempunyai berat total 60.500kg. Setelah percobaan, tank ini diubah menjadi IVT (Instrumentenversuchsträger-Tank Ujicoba untuk Instrumen) dan bergabung dengan program pengembangan IFIS (integrated command and information system) yang dilakukan antara 1988 hingga 1992, yang dilakukan melalui kerjasama dengan AS untuk efisiensi dan pengumpulan informasi. Setelah evaluasi dari uji pengembangan dengan KVT, dua purwarupa dibuat pada 1991 oleh Krauss-Maffei untuk program pengembangan, dikenal dengan KWS.
Perubahan besar pada bidang politik dengan Blok Timur dan hasil dari pengurangan budget untuk militer sangat jelas mengubah program ini. Sebuah program alternatif dibuat, dipisah menjadi tiga tahap, dan dikenal sebagai KWS I, KWS II, dan KWS III (Angka Romawi tidak menunjukkan urutan).
KWS I terdiri dari adopsi meriam utama L/55 120mm yang lebih panjang dan penggunaan amunisi yang lebih baik, dengan kecepatan pemberangusan sampai 1.800 m/s (Program ini menghasilkan Leopard 2A6).
KWS II adalah pengembangan untuk meningkatkan proteksi lapis baja untuk awak dan pengembangan kemampuan sistem kendali dan komando (Program ini menghasilkan Leopard 2A5).
KWS III terdiri dari adopsi meriam utama 140mm.
Purwarupa Leopard 2 dengan meriam utama 140mm.
Pada Oktober 1991, Swiss, Belanda dan Jerman memutuskan untuk bekerjasama dalam program pengembangan KWS II. Leopard 2A5 dikirim secara resmi ke German Army School pada 30 November 1995. Sasis dari batch keenam, ketujuh dan kedelapan digunakan untuk program konversi dan menerima turret yang sudah dibuat ulang dan dimodifikasi yang diambil dari tank pertama batch keempat. Modernisasi dari sasis juga dilakukan oleh Krauss-Maffei dan MaK, sementara Wegmann dan Rheinmetall bertanggung jawap pada pengembangan turret.
Perubahan paling signifikan pada hull Leopard 2A5 adalah palka pengemudi baru, yang sekarang beroperasi secara bergeser dengan elektronik dan terbuka ke kanan. Sebuah deflektor dipasang di sebelah kiri ruang kemudi, dengan kurungan stowage untuk kamuflase. Sebuah kamera dipasang di atas belakang keluaran udara pendingin terhubung dengan sebuah monitor di dashboard pengemudi, membuatnya mampu berjalan mundur dengan kecepatan tinggi, tanpa petunjuk dari komandan. Roda-rodanya sekarang dibuat dari baja, untuk menggantikan roda sebelumnya yang terbuat dari aluminium.
Bagian depan dan samping turret dipasangi dengan lapis baja tambahan berbentuk baji, yang dapat dengan mudah diganti oleh mekanik jika tertembak atau, dikemudian hari, dapat diganti dengan lapis baja yang lebih canggih. Panel samping dari baja tambahan ini tergantung dan dapat diayunkan ke depan, dibutuhkan jika mesin akan diganti. Mantlet meriam telah didesain ulang, dan boks stowage tambahan dipasang di belakang dan samping turret. Bagian dalam turret sekarang dipasangi dengan sebuah spall liner untuk meningkatkan proteksi awak terhadap serpihan-serpihan. Sistem stabilisasi dan kendali meriam hidrolis diganti dengan sistem elektrik. Teleskop tambahan FERO Z-18 optikdipinda posisinya di atas mantlet meriam, dan pembidik panoramik PERI-R 17 milik komandan dipindah ke sebelah belakang kiri ruang komandan. Pembidik independen komandan juga dikembangkan dengan chanel termal yang ditampilkan dalam sebuah monitor di dalam ruang komandan. Prosesor data jarak laser dimodifikasi sehingga Leopard 2A5 sekarang dapat menyerang helikopter dengan amunisi APFSDS-T, dan sistem navigasi GPS dibuat dengan antena GPS terpasang dibelakang atap turret.
Tambahan lapis baja membuat berat tempur Leopard 2A5 menjadi 59.500kg, yang sama sekali tidak berpengaruh pada mobilitasnya, karena memang tank ini sudah didesain untuk menerima perubahan semacam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar